sebatang pohon kurma

NAMANYA HUSHAIN. Artinya si kuda kecil. 

Hushain ibn Salam. Dan dia seorang rabi muda di Yatsrib. Nasab yang mulia, kecerdasan, dan ketekunan 

belajar membuatnya disegani di tengah Bani Israil melebihi usianya. Dia dihargai melampaui umurnya, kadang meng» ungguli penghormatan pada rabiorabi tua yang jenggotnya panjang dan lebat menyentuh dada. 

Lembarvlembar Taurat yang digumulinya tiap hari memf buka matanya tentang rahasia kecil mengapa kaumnya berduyunvduyun menghuni Yatsrib sejak beberapa generasi lalu. Mesiah. Sang Juru Selamat. Taurat jernih sekali mengv ungkap: Nabi terakhir itu akan muncul di sebuah negeri yang terletak di antara dua bukit yang ditumbuhi pohona 



pohon kurma. 
Mereka, orang'orang Yahudi yang ratusan tahun lalu da» tang ke kota ini adalah mereka yang terusir, penuh lara dan de» rita. Sejak pembantaian dan pemusnahan kuil agung di Yerusalem oleh Raja Herodes, kaum ini sekali lagi terdiaspora, menyebar ke berbagai penjuru bumi. Dan mereka yang memahami Taurat itu pergi kemari. Ke sebuah kota di antara dua bukit yang dijajari pepohonan kurma. Bukan hanya untuk menanti Sang Mesiah, tapi juga penuh harap tinggiftinggi agar Sang Nabi dilahirkan oleh satu di antara wanitafwanita mereka. Nabi itu, kata mereka, sudah seharusnya berasal dari kalangan mereka, Bani Israil yang

dipilih Allah sebagai anakfanak kesayanganNya.

Dan Hushain ibn Salam terus mengkaji Tauratnya. Hingga dia faham, Sang Nabi akan muncul di Yatsrib. Muncul, bukan lahir. Sekali lagi muncul, bukan lahir. Tandavtanda Sang Nabi, cirifciri zhahir maupun batinnya tergambar jelas, dan bahkan namanya tersurat terang. Ahmad. Yang terpuji. Dia tahu kini, Nabi itu memang akan muncul di Yatsrib. Tapi bukan dari ketu» runan Israil. Dia berasal dari sepupu mereka. Bangsa keturunan Ismail. Quraisy. Orang Makkah. Dan kabarnya beliau, yang kata orangorang Aus dan Khazraj bernama Muhammad, yang terpuji, memang sedang dalam perjalanan menuju kemari.

Yatsrib!

Maka sejak sepekan ini, tiap hari dia memanjat batang kurma di ujung kota. Mata awasnya menyapu sejauh cakrawala. Di manakah dia, Sang ]uru Selamat yang dirindukan seluruh manusia? Di mana? Bibinya yang cerewet selalu menegurnya dan meng» gasruk punggungnya dengan galah panjang tiap kali dia di atas sana. “Turun kau Hushain! Apa yang kau lakukan?”

. . kan da» “Nabi itu akan datang Bibi! Aku tahu. Nabi an a

tang!” l h 'ni hingga “Turunlah, atau aku pukuli kau dengan ga a 1

jatuh!” l d “Tidak Bibi. Sang Mesiah akan datang! Dla penye amat an

Pembimbing kaum kita, juga seluruh umat mauUS1a. Nainanya Muhammad. Dia datang dari arah Makkah! Dia akan eman

Bibi. Dia akan ke Yatsrib! Ugh, sakit!”

“Bicara omong kosong apa kau ini? Turunlah atau aku akan terus memukulimu!”

Begitulah, tiap hari Hushain menanti Sang Nabi dengan punggung dipukul bertubi-tubi dan kaki yang menjejak-jej ak ber» usaha bertahan di ketinggian batang kurma. Tiap hari, bibinya makin bosan membujuknya turun. Dan tiap hari kian banyak penduduk Arab Yatsrib menyertainya menanti di antara jajaran rimv bun tanaman kurma. Orang-orang Aus yang anggun, orangorang Khazraj yang gagah, semua berdiri dengan harap-harap cemas. Berkalivkali mereka melongok kejauhan, lalu berteduh lagi dari terik di antara reremang bayangan daun kurma. Selamatkah Sang Nabi dari Quraisy yang begitu ingin membunuhnya? Selamatkah dia dari kejaran Abu ]ahl yang telah bertekad menghabisinya?

Hingga satu hari, dari arah Tsaniyatul Wada' kepul-kepul debu dilihatnya menjelang kemunculan unta putih yang begitu gagah. ltukah unta yang masyhur bernama Avaashwa? Itukah Sang Nabi yang menunggangnya? Ya. Itu beliau, Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam!

Maka Hushain berteriak senyaring yang dia bisa, “Wahai orangorang Arab, itulah dia Nabi yang dijanjikan Allah dalam Taurat dan Injil! Itulah Nabi yang datang dari kalangan kalian

sendiri, yang kemuliaan kalian ada padanya! Bahagialah orang» orang yang membela dan menolong risalahnya, binasalah mereka yang menentangnya! Wahai Bani Israil, wahai Bani Auf, wahai Bani Nadzir, wahai Qainuqa’, wahai Quraizhah, wahai sekalian kaumku orang Yahudi, inilah juru selamat yang dijanjikan untuk kalian!”
kepada kita telah terbit purnama dari arah Tsaniyatil Wada'

niscayalah rasa syukur atas kami selama ini belum ada penyeru di tanah ini

duhai kau yang diutus pada kami

kau datang dengan urusan yang ditaati kehadiranmu memuliakan kota ini

selamat datang dultai sebaikbaik penunjuk jalan

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar